Bukti Audit

 

Bukti Audit

"Fakta yang diperoleh sebagai hasil pemeriksaan fisik, hitung ulang, penegasan pihak ketiga, pencocokan, pernyataan pejabat, dan lain-lain; fakta itu menjadi dasar yang layak untuk memberikan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan (auditing evidence)."

Apa itu Bukti Audit?

Bukti audit atau audit evidence adalah segala informasi yang digunakan audithor untuk membuktikan apakah informasi yang diaudit sudah sesuai dengan kriteria tertentu. Memperoleh sejumlah bukti audit yang berkualitas sangatlah penting untuk mencapai tujuan audit. 

Auditor memerlukan bukti audit sebelum melakukan proses audit untuk menghasilkan pelaporan audit yang kompeten. Bukti audit kompeten harus didapatkan lewat inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan yang diaudit. 

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor seputar kelayakan bukti audit, yaitu:

  • Pertimbangan profesional, atau professional judgment yang berarti probabilitas seorang auditor untuk menemukan dan melaporkan penyelewengan dalam sistem akuntansi klien.
  • Integritas manajemen, atau management integrity yang berarti sikap kejujuran dari pihak manajemen perusahaan dalam menghasilkan laporan keuangan.
  • Kepemilikan publik versus terbatas, yang berarti suatu jenis perusahaan apakah termasuk jenis perusahaan terbuka atau perusahaan terbatas.
  • Kondisi keuangan, atau financial condition yang menunjukkan apakah perusahaan mendapatkan laba atau dalam kondisi merugi. 

Kompetensi Bukti Audit

Kompetensi bukti audit ini berkaitan dengan sejauh mana bukti-bukti yang diperoleh dapat dipercaya. Jika bukti yang didapatkan adalah sangat kompeten, maka hal ini sangat membantu auditor untuk menentukan apakah laporan keuangan yang diperiksanya sudah disajikan dengan wajar. Pertimbangan yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan apakah bukti audit sudah kompeten bisa didasarkan pada:

  1. Relevansi (Relevance). bukti audit yang relevan haruslah sesuai jika digunakan untuk maksud tertentu, yang dalam ini berarti harus berhubungan dengan tujuan auditor. Jika tujuan auditor adalah untuk menentukan keberadaan suatu persediaan, auditor bisa mendapatkan buktinya dengan melakukan observasi langsung pada persediaan tersebut.
  2. Sumber Perolehan (Sources), sumber informasi sangat berpengaruh pada kompetensi bukti audit. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi kompetensi bukti adalah sbb: 1) Jika sumber informasi didapatkan dari sumber independen di luar perusahan, 2) Semakin efektif struktur pengendalian internal perusahaan, maka semakin besar jaminan yang diberikan atas keandalan data akuntansi dan laporan keuangan, 3) Pengetahuan auditor secara pribadi dan secara langsung dari pemeriksaan fisik, pengamatan, penghitungan, dan inspeksi lebih meyakinkan daripada informasi yang didapat secara tidak langsung.
  3. Ketepatan Waktu (Timeliness), ketepatan waktu berhubungan dengan tanggal penggunaan bukti audit. Kriteria ini menjadi penting khususnya untuk memverifikasi aktiva lancar, utang lancar, dan akun surplus-defisit karena bisa mengecek apakah cut off sudah dilakukan dengan tepat.
  4. Objektivitas (Objectivity), bukti audit yang objektif dipandang lebih kompeten jika dibandingkan dengan bukti audit yang bersifat subjektif. Untuk menilai objektivitas bukti audit, diperlukan juga penilaian atas kualifikasi personal yang memberikan bukti tersebut.

Jenis Bukti Audit

Berikut tujuh jenis bukti audit:

  1. Pengujian fisik (physical examination), merupakan bukti yang diperoleh lewat pemeriksaan secara fisik atau lewat perhitungan oleh auditor terhadap harta perusahaan. Misalnya, uang tunai, surat berharga, barang persediaan.
  2. Konfirmasi, merupakan bukti yang didapatkan lewat penegasan dari pihak ketiga sebagai jawaban atas permintaan informasi yang berkaitan dengan asersi manajemen dan tujuan audit.  Umumnya auditor lebih memilih konfirmasi tertulis karena mudah di-review oleh supervisor audit dan memberikan dukungan keandalan.
  3. Dokumentasi, merupakan pemeriksaan atau penyelidikan oleh auditor atas dokumen dan catatan klien guna mendukung informasi yang telah tersaji. Dokumentasi digunakan secara luas sebagai bukti audit karena biayanya yang relatif rendah dan pada banyak kesempatan menjadi satu-satunya bukti audit yang tersedia dan layak.
  4. Prosedur analitis, dengan cara menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menilai apakah saldo akun atau data lainnya tampak wajar. Misalnya, auditor melakukan perbandingan total beban gaji dengan jumlah tenaga kerja untuk menunjukkan apakah ada pembayaran gaji yang tidak semestinya.
  5. Wawancara dengan klien, merupakan upaya untuk memperoleh informasi secara lisan ataupun tertulis dari klien yang menjadi bukti respon atas pertanyaan dari auditor. 
  6. Perhitungan ulang, merupakan pengujian atas keakuratan hasil perhitungan klien. 
  7. Observasi, merupakan penggunaan alat indera untuk menilai aktivitas klien. Misalnya, auditor melakukan kunjungan ke lokasi pabrik untuk mengamati proses produksi.

Tujuan Bukti Audit
Adapun tujuan bukti audit (Anonim : 2012) yaitu :
a.    Membantu membuat keputusan tentang penilaian risiko dengan mempertimbangkan salah saji berupa potensial yang akan mungkin terjadi.
Penilaian risiko audit adalah proses rekursif penelusuran bukti untuk menentukan keyakinan dan menilai keaslian dan kebenaran bukti audit guna mendukung penerbitan opini. Risiko audit merupakan salah satu yang menjadi perhatian auditor dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab profesionalnya dan kemungkinan adanya risiko audit. Risiko audit dapat ditimbulkan dari tingkat penemuan yang direncanakan dalam menghadapi irregularities, misalnya related party transaction (transaksi perusahaan induk dan anak atau transaksi antar keluarga); client misstate (klien melakukan penyimpangan; kualitas komunikasi (klien tidak kooperatif); initial audit (klien baru pertama kali audit); klien bermasalah (Anonim : 2011).

b.      Membantu menentukan prosedur audit yang cocok dengan asersi dan penilaian resiko.
Asersi sangat penting karena membantu auditor dalam memahami bagaimana laporan keuangan mungkin disalah sajikan dan menuntun auditor dalam mengumpulkan bukti (Anonim :2009).


B.       Manfaat Bukti Audit
Mengidentifikasi jenis dan sumber bukti audit merupakan langkah awal yang baik san sangat menentukan tingkat ekonomi, efisiensi dan efektivitas audit yang dilakukan. Dengan demikian, auditor harus mengidentifikasi secara jelas sifat, mutu, dan jumlah bukti audit yang akan dikumpulkan. Adapun manfaat bukti audit (Agung Rai : 2008) adalah sebagai berikut :
1.     Bukti akan digunakan untuk mendukung temuan, simpulan, dan rekomendasi audit. Mutu simpulan dan rekomendasi audit sangat bergantung pada bukti audit ini.
2.      Bukti-bukti audit mempunyai peran yang sangat penting terhadap keberhasilan pelaksanaan audit. Oleh karena itu, bukti-bukti audit harus mendapatkan perhatian auditor sejak tahap perencanaan audit sampai dengan akhir proses audit.

Komentar